villa
Ravindiar bersaudara meninggalkan rumah pada pukul 3 sore. Sesuai rencana awal, mereka akan kulineran sambil berangkat menuju villa yang dituju. Mobil yang disetir oleh Jonathan diisi oleh Vincent, Jeffry, dan Mattew. Mobil yang disetir oleh Melvin diisi oleh Hazel, Darel, Samuel, dan Davian. Sedangkan mobil yang disetir oleh Waniar diisi oleh William, Satria, dan Januar.
Setelah satu setengah jam menyetir, mereka akhirnya melipir ke pinggir jalan setelah melihat penjual durian. Semuanya turun, kecuali William dan Vincent yang tidak menyukai buah berbau menyengat itu. Sesudah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan hingga menemukan tukang sate di pinggir jalan. Mereka kembali turun untuk mengisi perut pada petang itu. Setelah makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan dan kembali berhenti di beberapa tempat untuk kulineran.
Pukul setengah delapan malam, mereka akhirnya tiba di villa, tempat mereka menginap. Pembagian kamar dilakukan oleh kakak-kakak tertua mereka.
“Ini kamar yang gede ada 3, yang kecil ada 4. Yang gede cukup untuk 3 orang, dan yang kecil untuk 2 orang. Kalau mau, kita pake semua kamar yang gede sama 2 kamar yang kecil aja, 3-3-3-2-2, gimana?” tanya Satria menawarkan.
“Boleh, Kak.”
“Okay, deh. Kamar pertama, yang di ujung, bakal ditempati gue, Vincent, sama Waniar, ada yang keberatan?”
Tidak ada protes, Satria melanjutkan. “Kamar kedua, di samping kamar gue, bakal ditempati Januar sama William, gimana?”
Keduanya mengangguk setuju, dan langsung mengambil kunci kamar dari sang Kakak ketiga.
“Kamar ketiga, bakal ditempati Jeffry dan Darel, nggak protes, ya,” ucap Satria sambil menatap Jeffry.
“Lah, kenapa cuman bagian gue yang nggak boleh protes, anjir,” ujar Jeffry tidak terima sambil berjalan menuju Jonathan untuk mengambil kunci kamar.
Satria menggeleng saja, kemudian melanjutkan, “kamar keempat, ditempati Davian, Jonathan, dan Mattew, ya. Berarti kamar yang ujung kiri di tempatin sama Hazel, Samuel, dan Melvin. Sampai di sini, ada yang keberatan?”
Semuanya menggeleng, lalu Satria menyuruh mereka untuk menuju ke kamar masing-masing, ia juga memperingati mereka agar tidak terlalu ribut saat malam hari.
Satria menyuruh Vincent untuk membawakan barang-barangnya, sedangkan dia akan menaruh beberapa barang belanjaan yang tadi siang ia beli di dapur. Dengan ditemani oleh Jonathan dan Melvin, mereka membawa 3 kardus besar berisikan berbagai macam makanan dan minuman.
Saat mereka kembali, ruangan santai yang tadinya sepi sudah ramai dengan Samuel dan Davian yang berebutan hendak memutar lagu. Satria menggeleng-gelengkan kepala saja, sepertinya ia tidak akan ikut kegiatan mereka malam itu.
Di dalam kamar, Satria menemukan kedua adiknya yang sudah berbaring di atas kasur king size di tengah ruangan. Di sebelah kasur king size tersebut, terdapat satu kasur berukuran single, yang sepertinya akan menjadi tempat tidur Satria.
“Kalian nggak ikut di bawah?” tanya Satria sambil merebahkan dirinya ke atas kasur.
Vincent menggeleng, sedangkan Waniar malah balik bertanya, “mereka lagi karokean?”
“Iya, lo mau ikutan?”
Sebagai jawaban, Waniar beranjak berdiri dari tempatnya berbaring. “Gue mau ikutan,” katanya sebelum keluar dari kamar.