sedikit bagian dari rumah

Sebuah mobil berwarna hitam memasuki halaman rumah keluarga Ravindiar yang asri. Satria yang sedang mengobrol dengan tukang kebun mereka langsung berbalik. Wajahnya berubah cerah, dengan langkah cepat ia menghampiri mobil hitam yang baru saja berhenti.

Dua orang pemuda tinggi keluar dari dalam mobil. Yang lebih muda langsung menyadari kedatangan sang sulung, dan langsung tersenyum lebar kepadanya.

“Kak Satri! Apa kabar!” seru Davian riang.

“Dav! Jo! Kok baru tiba?” ucap Satria sambil merangkul Davian.

“Tadi kena macet dikit, mungkin karena lagi weekend,” jawab Jonathan tenang.

“Oh, gitu. Pantesan lama. Ayo sini masuk, the mothers udah nunggu kalian dari tadi.” Satria membantu kedua adiknya menurunkan bawaan mereka, sambil menanyakan kabar keduanya.

Baru saja mereka menginjakan kaki di dalam rumah, Bunda sudah datang memeluk Davian yang berada paling dekat dengannya.

“Davian! Jonathan! Selamat datang!” seru Bunda sambil mengelus-ngelus punggung Davian yang lebih tinggi darinya.

“Halo, Bunda. Apa kabar?” tanya Davian sambil balas memeluk.

“Baik, Davian. Bunda selalu baik.”

Tak perlu menunggu lama, dari atas muncul Ibun dan Mami. Keduanya dengan heboh berhamburan memeluk Davian dan Jonathan.

“Eh, Dav sama Jo udah dateng, sini makan dulu,” ujar Mama yang baru saja lewat di hadapan mereka.

“Iya, Ma. Nanti kita makan kok.”

Setelah melepas pelukan Ibun dan Mami, Davian dan Jonathan naik ke lantai atas, di mana kamar mereka berada. Satri masih berjalan di belakang mereka dengan santai, sambil membawa beberapa barang yang mereka bawa.

“Si Darel mana? Kok nggak kelihatan?” tanya Jonathan.

“Lagi keluar tadi, disuruh temenin Ibu,” jawab Satria. Jonathan mengangguk saja, kemudian mulai berbelok menuju lorong deretan kamar Ravindiar bersaudara. Kamar Jonathan berada di urutan ketiga, berhadapan dengan kamar Vincent, dan bersebelahan dengan kamar Januar di sebelah kiri, dan kamar Jeffry di sebelah kanan. Lorong kamar mereka lumayan luas, lebarnya bisa dilewati 3 orang sekaligus.

Kamar davian berada di ujung, bersebelahan dengan kamar William yang berada di tengah deretan kamar mereka, dan di sebelag kanan kamar Davian ada kamar Melvin.

Setelah menaruh barang-barang bawaan dan membersihkan diri, Jonathan dan Davian kembali turun untuk makan. Di tangga turun, mereka bertemu dengan mommy yang kaget akan kedatangan mereka.

Oh my gosh, Jo, Dav. Kalian kapan tiba? Kok mommy nggak sadar?” heboh wanita yang umurnya sebentar lagi akan menyentuh kepala 4.

“Barusan, mommy,” jawab Jonathan sambil memeluk mommy. Davian ikut memeluk wanita yang sudah menjaganya dari kecil.

Now, kalian mau ke mana? Apa kalian sudah bertemu Satria? Atau sudah bertemu ayah?”

“Kami sudah ketemu Satria tadi, mommy. Kalau ayah, kami belum bertemu.” Davian yang menjawab, sambil merangkul wanita itu agar mengikuti keduanya menuju ruang makan.

“Baiklah. Kalau begitu, apa kalian sudah makan? Mau makan dulu sebelum jalan-jalan?” tanya mommy, menawarkan diri untuk memasakan mereka makan siang.

“Sepertinya kami akan makan dulu, mommy. Soalnya Kak Satria belum tentuin mau ngajak kita ke mana,” jawab Jonathan sambil menyusul mommy ke dapur. Davian sendiri menunggu di ruang keluarga, ia sepertinya akan berlatih vokal sebelum makan.

Tak sampai sejam kemudian, hidangan simple sudah tertata rapi di atas meja makan mereka yang sangat besar. Jonathan dan Davian yang ditemani mommy makan dengan tenang.

Setelah makan dan membersihkan dapur, keduanya kembali berjalan menuju beranda rumah. Ibu dan Darel baru saja sampai, Jonathan dan Davian langsung bergantian memeluk Ibu dan adik bungsu mereka.

“Kalian udah makan? Ini ibu bawain roti dari bakery-nya Tante Lily,” tawar ibu dambil mengangkat kantong belanja.

“Udah makan barusan, bu. Simpan aja rotinya, nanti kalau aku sama Kak Jo udah balik, baru kita makan, ya?” kata Davian sambil membantu membawakan kantong belanja yang ibu bawa.

“Kalian baru mau jalan-jalan? Kirain udah tadi,” ucap Darel pelan, sambil pundaknya dirangkul oleh Jonathan.

“Kak Satri bilang, nanti jalan sama dia. Tunggu dia selesai kerja dulu,” Davian menjawab. Tadi ia baru mendapat pesan dari kakak sulungnya itu, untuk menunggu sampai ia menyelesaikan pekerjaannya.

“Kalau begitu, Darel temenin kalian dulu, ya? Nanti malam baru kalian jalan ber-empat, gimana?” usul sang ibu yang daritadi menyimak percakapan anak-anaknya.

Ke-tiganya setuju. Maka dari itu, setelah membantu merapikan belanjaan ibu siang itu, Jonathan, Davian dan Darel langsung pergi betiga untuk berjalan-jalan sebentar.