sakit

Leo menghela nafas berkali-kali, tidak habis pikir dengan tindakan gadis yang sedang makan di depannya saat ini. Saat membuka pintu kamar Kala tadi, ia menemukan gadis itu dengan wajah pucat dan tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya. Benar seperti dugaanya, Kala sedang sakit.

“Kenapa nggak bilang kalau lagi sakit?” Suara Leo yang dingin menembus indra pendengaran Kala. Membuat gadis itu tidak jadi menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

“Biar lo nggak ke rumah, puas lo?” balas Kala tak kalah dingin.

“Gitu, ya, ngomongnya. Padahal tadinya mau minta bantuan gue,” ucap Leo sambil menatap Kala dengan tatapan tengilnya.

Kala yang tadinya menatap Leo datar, kini membuang pandangannya ke sembarang arah. Ia tidak bisa mengelak kalau tadinya gadis itu ingin meminta bantuan Leo.

“Udah baikan belum, sekarang?”

Kala mengangguk sebagai jawaban.

Leo menatap gadis itu lamat-lamat, kemudian tanpa aba-aba ia mendekat dan meraba kening Kala menggunakan punggung tangannya.

“Badan lo panas, ada parasetamol, nggak?”

“Ada, kayaknya,” jawab Kala sambil meraba keningnya sendiri, memastikan perkataan Leo.

“Beneran ada, nggak?”

“Ada, bawel. Coba cek di laci kamar gue.”

Leo berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan menuju kamar Kala untuk mencari parasetamol.

Kala kembali melanjutkan kegiatan makannya, membiarkan Leo mencarikan parasetamol untuk dirinya. Sembari makan, Kala memegang kepalanya yang kembali pusing, sepertinya ia harus lebih banyak istirahat.

“Kenapa lo? Pusing?” tanya Leo yang baru saja kembali.

Kala mengangguk, ia sudah tidak tahan.

“Mau ke rumah sakit, nggak? Gue anter,” tawar Leo sambil mendekat kepada Kala. Dengan lembut ia menyentuh tangan Kala yang sedang memegang kepalanya, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

“Bukannya lo ada rapat? Gue pergi sendiri aja, deh, nggak apa-apa,” jawab Kala yang mengingat perkataan pemuda itu di chat tadi.

“Gampang, elah. Yang penting elo dulu, nggak tenang gue kalau gini, Kala,” ucap Leo yang menatap Kala dengan pandangan khawatir.

“Terus rapat lo gimana, anjing? Elo, kan, ketua.”

“Ntar gue suruh wakil gue. Ayo sekarang ke rumah sakit, nggak ada penolakkan,” ucap Leo final. Kala ingin membantah, tetapi dengan gerakan cepat Leo langsung menggendongnya tanpa aba-aba, membuat Kala tidak bisa menolak.

“Gue bisa jalan sendiri, Leo,” ucap Kala, ingin turun dari gendongan Leo.

“Ntar lo kabur, lagi. Udah, diem.” Kala menurut, nanti juga ia akan diturunkan saat sudah sampai mobil.