malam hari, di kediaman Ravindiar's
Setelah makan malam dengan beberapa tamu undangan, dan bercengkerama selama berjam-jam, akhirnya acara ulang tahun Darel selesai juga. Tapi tidak hanya sampai di situ, karena para Ravindiar bersaudara harus membersihkan halaman belakang rumah yang dipakai hari itu. The mothers dan Ayah tidak ikut membantu, karena Satria menyuruh mereka untuk segera beristirahat.
Sambil mengembalikan meja dan beberapa kursi yang dipakai, Hazel, Melvin, Januar, dan Davian sibuk sendiri menghabiskan kue yang tersisa.
“Ya ampun, makan terus kerjaannya dari tadi, bantuin dikit dong,” protes Jeffry yang sedang mengangkat meja kecil dengan kedua tangannya.
Hazel yang baru saja memasukan potongan besar kue langsung mengatupkan kembali mulutnya.
“Kan, tadi kita juga ikut kerja, Kak. Ini baru bentar doang istirahatnya,” jawab Melvin yang baru saja menelan kue di dalam mulutnya.
“Kerja apanya, anjir. Dari tadi gue lihat kalian asik makan aja,” Samuel ikut memprotes di belakang Jeffry.
Januar cangar-cengir saja, tiba-tiba ia berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat beberapa kursi ditumpuk. “Itu, sana, ngikut Januar ngangkat kursi,” ucap Jeffry, kemudian berlalu dari hadapan ketiga adiknya.
Davian meringis pelan, kemudian ikut beranjak untuk membantu. “Kuenya dibawa masuk dulu, Zel, lu bantu di dalem aja,” kata Melvin yang ikut berdiri untuk membantu.
Hazel mengangguk saja dengan mulut penuh, tak lama ia beranjak sambil membawa kue yang masih tersisa. Memasuki pintu, Hazel langsung dikomentari oleh Mattew yang sedang mencuci piring. “Lo bisa nggak, sih, jangan makan terus?” sinis Mattew dengan wajah datarnya.
“Udah, biarin aja, Matt,” ucap William yang membantu Mattew mencuci piring. Hazel tersenyum tipis, kemudian berjalan melewati keduanya untuk meletakkan kue yang tersisa di dalam kulkas.
“Gue bisa bantu apa, nih?” tanya Hazel kemudian.
“Bantuin Kak Satria beresin ruang tamu, sana. Ada Waniar juga,” jawab Mattew masih dengan nada sinis. Tanpa membantah lagi, Hazel langsung menuruti perkataan sang adik, ia sudah capek berurusan dengan mulut-mulut pedas para saudaranya.
“Kak, gue bisa bantu apa di sini?” tanya Hazel yang berdiri di depan lorong masuk ruang tamu.
Satria menoleh, kemudian berpikir sebentar. “Bantu ambil barang, sekalian check out hotel, bisa?” ucap Satria sambil menatap Hazel.
“Gue sendirian?” tanya Hazel ragu-ragu.
Satria hanya tertawa kecil, lalu menggeleng. “Nanti bareng Jonathan sama Darel. Mereka lagi gue suruh nunggu vendor di luar, sih, jadi tunggu aja,” jawab Satria, setelah itu kembali kepada pekerjaannya lagi.
Karena dirasa sang sulung tidak memerlukan bantuan apa-apa, Hazel akhirnya memutuskan untuk menyusul kedua saudaranya yang sedang berada di luar rumah. Angin malam membuat Hazel harus melepas gulungan lengan kemejanya. Dalam hati, ia merasa sudah lama tidak merasakan angin malam seperti ini, dalam arti lain, ia rindu dengan angin malam di Indonesia.
“Zel, kenapa keluar?” tanya Jonathan yang sedang duduk di halaman depan rumah bersama Darel. Keduanya memakai jaket hitam, dan kemeja yang dipakai saat acara tadi.
“Disuruh Kak Satria ikut elo, Kak,” jawab Hazel sambil berjalan mendekat. Jonathan mengangguk saja, lalu menarik satu kursi di dekatnya untuk diduduki Hazel.
Hening beberapa saat, sampai ketika Jonathan tidak sengaja melirik Hazel yang terlihat sedang menikmati angin malam. Jonathan tersenyum tipis, lalu bertatapan dengan Darel yang berada di seberangnya.
“Kangen, ya, Zel?” tanya Jonathan sambil mengalihkan pandangannya kepada sang adik.
Hazel berbalik, lalu tersenyum. “Gimana nggak kangen, udah lama gue nggak pulang, Kak.”
“Ya, lagian, lo sibuk banget, Kak,” ujar Darel, ikut dalam percakapan.
Hazel diam lagi, terlihat raut sedih dari wajahnya yang membuat Jonathan menggeser kursinya mendekat, begitu juga dengan Darel.
“Sumpah, gue bersyukur banget masih punya waktu buat kumpul lagi sama kalian, walaupun sebentar,” ucap Hazel, kemudian berbalik menatap Darel yang duduk di sebelahnya.
“Makasih, ya, Rel,” tambahnya.
Darel tersenyum, lalu merentangkan tangannya untuk bisa meraih bahu sang kakak. Rangkulan Darel diterima Hazel yang membalas rangkulannya.
“Nikmatin waktu lo di sini, Zel. Kita nggak bakal tau, kapan kita bisa ngumpul bareng kayak gini lagi. Hargai waktu yang ada,” ucap Jonathan sambil mengelus punggung Hazel.