dewa kematian dan payungnya

“Dapat payung dari mana?” tanya Kala saat Leo sudah berdiri di sebelahnya sambil menutup payung.

“Pinjem punya Ale, tadi,” jawab Leo tanpa memalingkan wajahnya dari payung yang sedang ia tutup.

“Kebiasaan banget, nggak pernah bawa payung kalau ke luar,” cibir Kala.

“Ya, ngapain juga kalau nggak hujan?”

“Jaga-jaga, lah, Le. Taruh di mobil.”

“Iya, bawel.”

Keduanya kini berjalan masuk ke dalam gedung fakultas lagi, entah akan ke mana arahnya.

“Mau ke mana?” tanya Kala ketika Leo menaiki tangga menuju lantai 2.

“Ketemu temen gue bentar, mau ngambil jas,” ucap Leo tanpa berbalik kepada Kala yang berjalan di belakangnya.

“Abis ngapain, sih, Lo? Perasaan tadi pagi lo masih pakai baju biasa?” tanya Kala yang heran melihat pakaian serba hitam yang Leo kenakan.

“Tadi diminta tolong sama anak fotografi. Dia ada tugas fashion fotografi, jadi minta bantuan gue sama beberapa orang lain, termasuk temen gue yang minjem jas ini,” jelas Leo.

Kala mengangguk saja, mengerti akan kebiasaan Leo yang sering membantu teman-temannya di jurusan fotografi hingga fashion design.

Setelah mengambil jas miliknya, Leo langsung mengajak Kala kembali kepada rencana awal mereka. Keduanya berjalan menuju parkiran mobil dengan posisi Leo memegangi payung untuk ia pakai bersama sang gadis.

“Lo lagi banyak kerjaan apa gimana, Le? Sibuk banget gue lihat-lihat,” komentar Kala yang melihat Leo sudah sibuk dengan ponselnya.

“Emang lagi banyak, Kal. Makanya gue pengen nyari inspirasi,” jawab Leo yang kembali mengembalikan ponselnya ke dalam saku celana. Kini ia fokus sepenuhnya kepada Kala.

“Mau temenin gue sampai malam, nggak? Nanti gue antar pulang,” tawar Leo.

“Boleh, sih. Lagian gue nggak ada kesibukan apa-apa juga, jadi bebas aja,” jawab Kala menerima tawaran Leo. Tak ada salahnya juga jika ia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan sang mantan.

“Tapi kita nggak di satu tempat aja, Kal. Terus, nanti lanjut ke studio gue, nggak apa-apa, kan?”

“Nggak apa-apa, lah, gue mau di mana aja boleh, kok.”

“Oke, kalau gitu. Makasih, Kal,” ucap Leo sambil membuka pintu mobil untuk Kala masuki.

Kala mengangguk saja, kemudian mengucapkan terima kasih kepada Leo. Setelah menutup pintu penumpang, Leo mengitari mobil dan masuk ke dalam mobil melalui pintu kemudi.

“Jangan lupa pakai seatbelt, Kal,” tegur Leo sesaat setelah masuk ke dalam mobil.

Kala yang tersadar langsung menarik seatbelt di samping kursi untuk ia pakai. Dengan begitu keduanya siap untuk memulai perjalanan sore itu.