Bekerja di tengah liburan
“Sok ganteng banget, anjir,” komentar Darel saat melihat foto Davian dan Mattew yang baru saja diposting di Instagram pribadi mereka.
“Sewot aja lo, bocil,” balas Mattew dengan setengah kesal.
Mereka sedang menunggu makan malam sambil menonton Hazel yang sedang karaoke di ruang santai. Setelah melalui kegiatan yang melelahkan, sebagian dari mereka bahkan sudah ketiduran di berbagai tempat, tidak terganggu dengan suara keras Hazel.
“Ini yang ketiduran nggak mau masuk kamar aja?” tanya Samuel yang daritadi menemani Hazel bernyanyi.
“Udah, biarin aja, kasihan kalau dibangunin,” Jeffry menjawab. Pemuda itu terlihat kelelahan, bahkan hampir saja ketiduran di sofa yang ia duduki.
Satria sedang ada urusan pekerjaan, jadi ia tidak ikut bergabung dengan saudara-saudaranya malam itu.
“MAKAN MALAM SIAP!” teriak Melvin yang kembali memasak untuk saudara-saudaranya.
Hazel langsung menghentikan kegiatannya dan berlari menuju ruang makan. Jeffry berdiri dari tempatnya duduk, dan mulai membangunkan para adik-adiknya yang ketiduran, dibantu Mattew, Samuel, dan Darel.
Mereka makan malam dengan suasana tenang, tidak ada keributan seperti biasanya karena beberapa dari mereka sudah kelelahan.
“Habis ini jangan langsung tidur, biarin makanannya turun dulu, ya,” kata Jonathan memperingatkan ketika mendengar Januar mengatakan akan langsung tidur sehabis makan malam.
Januar mengangguk saja, mengurungkan niatnya untuk segera tidur.
Setelah makan, mereka membantu mencuci piring, lalu kembali berkumpul di ruang santai. Hazel dan Samuel tidak lagi tertarik untuk karaoke, mereka akhirnya hanya memutar film di TV untuk ditonton bersama.
Tidak sengaja, mereka malah ketiduran di ruang santai hingga fajar tiba.
Pagi hari, Satria keluar dari kamarnya dan menemukan pemandangan para saudaranya yang tidur menempel satu sama lain. Pria itu menghela nafasnya, ingin membangunkan, tetapi tidak ingin mengganggu.
Ia mendekati Jonathan yang tidur di atas sofa, lalu menepuk pundaknya berkali-kali, berusaha membangunkan adiknya itu.
Jonathan mengerang, perlahan-lahan ia membuka matanya dan menemukan Satria sedang berdiri menatapnya.
“Kenapa, Kak?” tanyanya dengan suara parau.
“Temenin gue beli sarapan, mumpung yang lain masih tidur,” pinta Satria.
Jonathan tidak menolak, ia segera bangkit dari posisi tidur dan meregangkan badannya sedikit. Keduanya pergi dengan Jonathan yang menyetir.
Sekitar satu jam kemudian keduanya kembali dengan membawa 13 bungkus makanan untuk sarapan mereka hari itu. Ternyata, para saudaranya sudah bangun, dan sekarang sedang berkumpul di pinggir kolam. Satria dan Jonathan membawa sarapan ke halaman belakang, yang disambut oleh Hazel dan Samuel dengan bersemangat.
“Makanan tiba!” teriak Hazel sambil berlari ke arah kedua kakaknya bersama Samuel.
Beberapa yang sudah masuk ke dalam kolam kembali naik ke daratan. Mereka ingin sarapan terlebih dahulu sebelum menghabiskan tenaga di dalam air pagi itu.
“Jam berapa lo bangun, Sat?” tanya Jeffry di sela-sela makan mereka. “Tadi gue nggak lihat jam, sih. Pokoknya, gue nggak langsung bangun tadi, gue lanjut tidur lagi. Terus, pas bangun gue nggak lihat Waniar sama Vincent di dalam kamar, kan, makanya gue mikir kalau udah kesiangan, taunya pada tidur di ruang santai.”
“Iya, buset, semuanya pada kecapekan,” Hazel menimpali.
“Berarti, kemaren malam lo bener-bener nggak keluar sama sekali dari kamar?” Melvin bertanya.
“Gue keluar pas kalian nonton, tapi akhirnya gue milih buat tidur duluan, karena kalian pasti lama kalau nonton.”
“Berarti lo udah beres waktu kita lagi nobar, ya?” Sebagai jawaban dari pertanyaan Darel, Satria mengangguk.
“Lama, anjir. Dari sore, kan, kemaren?” Lagi-lagi Satria mengangguk.
“Emang pekerja keras Bapak satu ini, bisa kali 10 juta masuk rekening,” goda Jeffry yang baru saja menyelesaikan makannya.
“Iya, bisa diatur,” balas Satria santai, yang disusul para saudaranya yang ikut meminta uang jajan padanya.
“Iya, nanti semua dapet bagian, kok,” ucap Satria menenangkan keadaan.
Setelah sesi sarapan pagi itu, Ravindiar bersaudara kembali pada aktivitas mereka, berenang. Mereka baru selesai pada tengah hari itu, di saat matahari mulai terik menyinari. Satria menyuruh Jeffry dan Jonathan untuk tetap tinggal saat para adik-adiknya beranjak untuk membersihkan diri.
“Kenapa?” tanya Jeffry cepat.
“Setelah ini kita ngapain?” Satria balas bertanya.
“Makan, mungkin?” Jeffry mengedikkan bahu, menjawab sesuai apa yang ada dipikirannya.
“Setelah itu?”
“Katanya mau pada pergi main flying fox.” Jonathan yang menjawab.
“Di mana tempatnya?”
“Nggak jauh dari tempat kemaren. Usulannya si Melvin.”
Satria terlihat berpikir, lalu mengangguk, “Okay, tapi gue nggak ikut hari ini.”
Jeffry terlihat akan protes, sebelum Satria melanjutkan perkataannya, “Ada kerjaan yang belom beres, Jeff. Nggak bisa gue tinggalin.”
Jeffry memutar bola matanya kesal, tetapi tidak protes.
Satria beranjak dari tempatnya duduk, hendak kembali ke kamar untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Nanti malem kita makan di luar, gue udah reservasi tempat. Jadi, jangan pulang kemaleman, ya,” ucap Satria sebelum ia benar-benar pergi.