Anak Emas
Waniar baru berkenalan dengan Belinda secara langsung ketika ia baru saja kembali dari liburannya. Dan kesan pertama yang timbul dalam benaknya adalah; Belinda itu wanita yang aneh. Wanita itu terus-terusan menatap Waniar dengan ekspresi wajah yang tidak bisa digambarkan. Entah ia bingung, kesal, atau merasa terganggu dengan adanya Waniar di ruangan itu.
Kesan pertama Belinda terhadap Waniar tidak jauh berbeda. Ia menganggap pria itu aneh. Dengan kacamata berlensa tebal yang entah mengapa cocok, dan pakaian yang dikenakannya tidak seperti pakaian karyawan lain dalam ruangan itu.
Kaos turtle neck putih dan jaket jeans berkerah. Membuat pemuda itu terlihat berbeda dari karyawan lain.
“Hayo… Jangan kelamaan tatapannya, nanti bisa jatuh cinta, lho,” goda salah seorang dari karyawan di dalam ruangan tersebut.
Waniar langsung membuang muka. Sudah waktunya untuk kembali bekerja.
Melihat Waniar yang berjalan menuju meja kerjanya. Di sana, ia membuka laci meja, lalu mengambil sebuah flashdisk. Setelah itu, Waniar meninggalkan ruangan tersebut, menuju ke tempat yang dikhususkan untuk pemuda itu bekerja.
Belinda mengerutkan keningnya bingung, membuat seorang pemuda yang duduk di sebelahnya membuka suara. “Nggak usah bingung, dia emang biasanya nggak kerja di sini. Kadang-kadang doang kalau ada tugas bareng,” jelasnya.
Demi menuntaskan rasa penasarannya, Belinda langsung bertanya, “Setelannya kenapa beda dari karyawan lain?”
“Dia emang gitu. Anak emasnya Direktur. Lagian, di divisi ini juga nggak ada aturan berpakaian, tapi anak-anak emang biasanya pakai kemeja aja.”
Belinda amat bingung. Kenapa hal tersebut tidak ada di kantor lamanya dulu.
“Udah, balik kerja aja sana. Nanti, kalau dia butuh, dia bakal balik lagi, kok.”
Belinda menurut saja. Ia juga masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
Seperti kata karyawan lain, Waniar akan kembali jika ia membutuhkan mereka.
Saat itu, Belinda sudah menyelesaikan pekerjaannya hari itu, sehingga ia bisa beristirahat sejenak. Dan tiba-tiba saja Waniar masuk ke dalam ruangan, dan langsung memberikan Belinda beberapa pekerjaan untuk mereka selesaikan bersama.
Hal yang membuat Belinda kagum adalah cara Waniar bekerja. Pemuda itu benar-benar fokus, dan cekatan. Tak lama, pekerjaan mereka telah selesai. Baru kali ini Belinda menyelesaikan pekerjaannya secepat itu.
“Kan, apa gue bilang. Dia bakal datang kalau emang ada kerjaan bareng. Nah, gimana, nih, kesan pertama kerja sama anak emas?” ujar James, karyawan yang memberi tahu Belinda informasi tentang Waniar.
“Not bad, sih. Kerjanya cepet dan efisien.”
“Kan! Anak emas emang nggak usah diragukan, sih. Pokoknya dia, tuh, kebanggaan divisi ini banget.”
“Mumpung lagi istirahat, nih. Ada yang mau lo tanyain lagi tentang Waniar?” Salah seorang karyawan lain berseru.
Belinda menoleh, lalu mengernyit bingung.
“Gue Kalyan, kalau belum tau,” ucapnya saat menangkap tatapan bingung Belinda.
“Jadi, apa yang mau lo tanyain? Kali aja gue bisa jawab,” lanjut Kalyan bersemangat.
“Kalian nggak ada perasaan kesel pas dia disebut anak emas?” tanya Belinda tiba-tiba.
Kalyan dan James saling bertatapan, lalu tertawa bersama. “Kesel, sih, iya. Waktu pertama kali masuk. Soalnya, kita seumuran, tapi kenapa cuman dia yang diistimewakan. Tapi, pas tau kalau dia masuk duluan, dan termasuk senior, kita cuman bisa diem-diem aja. Terus, pas disatuin di satu proyek waktu itu, kita jadi ngerti kenapa dia jadi anak emas. Dia emang jenius, banget. Kita juga jadi lebih sering kerja bareng dia dibanding sama senior lain.”
Belinda menyimak penjelasan Kaylan dalam diam. Sepertinya perjalanannya untuk bekerja bersama Waniar masih panjang.
“Jadi, bisa dibilang kalau kalian lumayan deket?”
Kaylan dan James mengangguk bersama.
“Kita juga sering makan bareng di luar jam kerja. Dia anaknya juga asik.”
“Oh iya, lo belom tau satu fakta ini, kan?” seru James bersemangat, sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.
“Apaan?”
“Ini, lho, Waniar itu gamers, dia punya channel youtube pribadi.” James menyodorkan ponselnya kepada Belinda.
Belinda melebarkan matanya tidak percaya. 500 ribu pengikut. Sulit untuk dipercaya.
“Hebat, kan!”
Belinda mengangguk kaku. Wanita biasa sepertinya menjadi partner Waniar yang jenius? Jangan bercanda!
“Kayaknya besok gue ngajuin pindah kantor lagi, deh. Gue nggak bisa disandingin sama dia!”